Header

Teluk Tamiang Ujung Pulau Yang Eksotik 3

Pernah berangan angan untuk pergi  jalan2 untuk menikmati pantai yang jernih , suasana pantai yang tenang,gugusan terumbu karang,ikan2 yang mehiasi terumbu karang..masyarakat   kalimantan selatan mungkin belum banyak mengetahui  tempat seperti itu juga ada  di bumi kalimantan selatan  .kita tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk pergi kesana. Di kabupaten kotabaru tepatnya di  desa teluk  tamiang kita dapat menemukan hal yang tidak kalah dari wisata bahari bawah laut.


Teluk Tamiang Beach

Teluk Tamiang memiliki wisata bahari bawah laut yang tak kalah indahnya, yaitu gugusan terumbu karang. Kejernihan air laut yang dihidupkan dengan berbagai ikan yang beranekaragam jenis.
Untuk  menuju desa  teluk tamiang  yang berjarak 90 Km dari kabupaten kotabaru kita bisa menggunakan taksi pedesaan .  tapi belum adanya sarana transportasi umum yang memadai untuk wisatawan yang ingin menikmati  indahnya terumbu karang. Kondisi jalan yang memperhatinkan juga menjadi kendala perjalanan menuju keteluk tamiang.  Alternatif lain yang bisa dilakukan menuju Teluk Tamiang adalah jalur laut. Meski waktu tempuh relatif lama sekitar 7-8 jam dari Kotabaru menggunakan kelotok (perahu bermesin), yang dimiliki sebagian besar warga desa tersebut.

Kali ini perjalanan captain banua dari banjarbaru bersama crew berangkat keteluk tamiang menggunakan sepeda motor  jarak tempuh banjarbaru-kotabaru yang lumayan jauh kurang lebih 300 km  membuat pantat ini penat  diperjalanan. Sesampai di penyeberangan ferry  tim beristirahat untuk  mengendorkan kaki dan tangan yang dari tadi beraktivitas terus sekitar 6-7 jam dari banjarbaru. Dari penyeberangan tanjung serdang kotabaru dilanjutkan perjalanan sekitar 3 jam perjalanan untuk sampai keteluk tamiang.
Desa teluk tamiang mayoritas bersuku mandar bugis, mata pencaharian mayarakatnya nelayan,bertani pembudidayaan rumput laut, ikan krapu, mutiara, terumbu karang dan banyak lagi yang lainnya. disini Captain Banua mencoba untuk menelusuri pembudidayaan rumput laut  teluk tamiang.  Sebagian besar kepala keluarga bergantungkan hidup lewat budidaya rumput laut hampir di pinggiran pantai teluk tamiang terdapat rumput laut . Rumput Laut di panen 1 bulan sekali dan perawatan 1 minggu sekali karena akan banyak lumut yang mengganggu pertumbuhan  rumput laut. 

Terumbu karang diteluk tamiang juga tidak kalah menarik untuk di explore hampir di sekitaran pantai banyak terumbu karang yang masih perawan. Kami ditemani pak sulaiman mantan kepala desa teluk tamiang yang pernah menjabat selama 25 tahun sebagai kepala desa,untuk meninjau langsung ke lokasi terumbu karang dengan kelotok balai perikanan.  Cuaca cerah mendukung perjalanan kami sekitar 10-15 menit sesampai dilokasi  kita sudah disuguhi terumbu karang yang terlihat diatas kelotok kedalaman air laut sekitar 2-3 meter dari permukaan laut jelas terlihat.

Banyak orang tidak mengetahui,Kalimantan selatan tepatnya di Kabupaten Kotabaru memiliki potensi bawah  laut yang juga tak kalah dengan provinsi yang lain. Hanya saja potensi wisata yang satu ini kurang mendapat perhatian dari pihak pemerintah setempat. Bahkan, potensi alam bawah laut yang berada di desa Tamiang, Kecamatan Pulau Laut Barat(Lontar) adalah keelokkan alam bawah lautnya dan keindahan spot landscapenya. Hampir sepanjang garis pantai kawasan itu di penghujung Pulau Laut dengan air laut yang masih jernih,pasir putih itu tumbuh subur terumbu karang beraneka warna dan jenis. Buat para pecinta snorkling dan Diving sangat cocok untuk mencoba sensasi ini diteluk tamiang. Yang disayang sarana alat snorkling dan diving diteluk tamiang tidak tersedia dan kita harus membawa alat sendiri untuk melihat keindahan  bawah laut teluk tamiang.

Lambin dan Jelatang Surga yang Tersembunyi 2

Banyak orang belum mengetahui bahwa di Hulu Sungai Selatan banyak terdapat lokasi tersembunyi yang dapat dijadikan tujuan wisata. Sebut saja lokasi tersebut adalah air terjun (Rampah) Lambin dan Jelatang.
Air terjun dengan ketinggian kurang lebih 30 meter ini berada di deretan pegunungan Meratus. Tim Captain Banua Magazine beberapa waktu melakukan perjalanan menuju dua lokasi air terjun tersebut. Berikut adalah catatan perjalanannya. Dari desa loksado kami mencoba berjalan melewati desa Loklahung malaris. Perjalanan tampak mengasyikkan karena melewati rumah adat Malaris yang biasanya digunakan sebagai tempat upacara adat Dayak Malaris. 

Tracking


Dari desa Loklahung Malaris kami melanjutkan perjalanan ke desa selanjutnya yaitu desa Luapanggang. Desa ini berpenduduk + 10 kepala keluarga. Di sini alat penerangan menggunakan lampu teplok dan sebagian menggunakan energi cahaya matahari. Layaknya di Malaris, di Luapanggang pun juga terdapat balai adat Luapanggang. Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan yang tentunya tak kalah seru dan penuh tantangan. Kami harus menerobos belukar hutan pegunungan Meratus! Jika musim hujan, untuk menempuh perjalanan ini sebaiknya mengenakan sepatu/sandal khusus yang umumnya digunakan untuk melintas di jalur licin. Jika tidak, kita bisa terpeleset dengan segala resiko yang tidak diduga-duga. Selain licin, beberapa tumbuhan di hutan pegunungan Meratus juga perlu diwaspadai. Banyak tumbuhan berduri dan mengakibatkan gatal. 


Rampah Lambin



Rampah Jelatang

Untuk sampai ke air terjun Lambin dan Jelatang kami hanya mengikuti jalur kecil (jalan setapak). Sekali dua jalur itu mempertemukan kami dengan areal perkebunan masyarakat Dayak seperti karet dan kayu manis. Selain perkebunan, kami juga harus melintasi aliran sungai yang mengalir deras. Untungnya kondisi air sedang dangkal, (setinggi lutut orang dewasa). Meski medan yang kami tempuh tidak mudah bahkan sekali waktu harus menyusuri tebing curam, hutan lebat nan alami mampu mengobati rasa lelah yang tak terkira. Setelah + 3 jam perjalanan, akhirnya suara gemuruh air itu terdengar juga. Rasa penasaran kami tentang air terjun Lambin dan Jelatang semakin tak terkira. Tak sabar rasanya ingin menjadi saksi betapa Tuhan telah menciptakan alam Kalimantan penuh dengan keindahan. Begitulah, akhirnya kami sudah berada di bawah air terjun oleh masyarakat sekitar disebut rampah lambin. Rampah dalam bahasa Indonesia berarti air terjun. Dari lokasi rampah lambin kami mencoba untuk mendaki tebing yang ternyata di atas sana terdapat aliran sungai. Kami tak berhenti sampai di sini, keputusan adalah menyusuri sungai itu dengan melawan arus. Berbeda dengan aliran sungai sebelumnya, di sungai ini penuh dengan bebatuan besar dan airnya tidak dalam. Di ujung penyusuran sungai ini, akhirnya kami bertemu langsung dengan air terjun yang oleh orang sekitar disebut dengan rampah jelatang. Karena badan sangat lelah, usai beristirahat akhirnya petualangan kami cukupkan sampai di sini dan segera kembali ke Loksado. Konon kabarnya, jika perjalanan kami terus dilanjutkan maka masih ada rampah menjangan dan rampah-rampah lainnya.[ ]

Related Post